Minggu, 30 September 2012

CARA MENGHITUNG KAPASITAS/ DAYA AC

CARA MENGHITUNG KAPASITAS  AC 

 
Kadang kita bingung, untuk menentukan kapasitas suatu AC, di brosur atau di BQ suatu pekeraan tentang AC, kadang ada 2 macam informasi yang berbeda. Kita sering menemukan  kapasitas AC disebut dengan BTU/H dan  juga dengan satuan PK.

BTU/hours atau   BTU per jam)atau disingkat BTU/H.  BTU/H singkatan dari British thermal unit per hour, satuan daya pendinginan AC yang berasal dari inggris. 

PK (Paard Krcht) atau HP (horse power) yang berarti satuan tenaga kuda, yang dipergunakan dalam sistem AC merujuk pada daya kompressor AC, 

Jadi sebenarnya PK bukan menunjukan kapasitas pendinginan AC. Untuk daya pendinginan AC satuannya adalah BTU/h.

a. Konversi PK ke BTU/H

Untuk mempermudah  hubungan antara BTU/H dan PK, berikut adalah konversi dari sistem daya AC tersebut: 
 
½ pk    setara dengan      5.000 BTU/hr
¾ pk    setara dengan      7.000 Btu/hr
1 pk     setara dengan      9.000 btu/hr
1 ½ pk setara dengan    12.000 btu/hr
2 pk     setara dengan    18 000 btu/hr
2 ½ pk setara dengan    24 000 btu/hr
3 pk    setara dengan     28.000 btu/hr

Dan karena  satuan BTU/h mengacu pada sistem pengukuran  inggris (british) maka untuk perhitungan luas (dengan pakai rumus), digunakan ukuran feet (kaki)
misal jika 3 m = 10 kaki —> 1 m = 3.28 kaki
 

b. Cara Menghitung Kapasitas AC dengan Cepat

Ketika kita mau merencanakan memasang AC untuk di rumah, kadang kita kebingungan menentukan kapasitas AC. Berapa kapasitas AC yang diperlukan untuk ukuran tertentu.

Ada salah satu cara sederhana  dan cepat untuk menghitung besarnya kapasitas AC  yang dibutuhkan untuk mengkondisikan suatu ruangan. Kita harus tahu rumus sederhana 1 m2 suatu ruangan kira-kira sama dengan 500 BTU/H.

Jadi hanya dengan menghitung luasan dari ruangan yang akan dipasang AC, kemudian dikalikan dengan 500 BTU/H.

Contoh: Kamar kita ukuran 3 m x 4 m = 12 m2, jadi kapasitas AC yang dibutuhkan adalah 12x 500 BTUH = 6000 BTU/H

jadi jika dikonversikan pada satuan PK, maka kebutuhan AC pada kamar tersebut adalah 6000 BTU/H setara  antara 1/2 PK dengan  3/4 PK  (lihat konversi BTU/h ke PK diatas), dan yang harus diambil adalah diatasnya 3/4 PK.

Dengan demikian yang harus diperhatikan, bahwa kapasitasAC harus lebih tinggi dari panas ruangan yang akan dipasang AC. Jadi dari perhitungan untuk ruangan dengan luas 3x4 adalah 6000 BTU/H, berarti kapasitas AC yang dibutuhkan di ruangan tersebut adalah 7000 btu/hr atau setara dengan ¾ pk.


c. Dengan Rumus

Disamping dengan cara menebak seperti diatas (cara sederhana), ada juga rumus untuk menghitung kapasitas / daya AC. Dari rumus tersebut akan lebih detail lagi, karena  tidak hanya luas yang dihitung, tetapi juga tinggi, disamping arah dinding terhadap pengaruh sinar matahari. 

Rumus tersebut yaitu:

(W x H x I x L x E) / 60 = kebutuhan BTU

W = panjang ruang (dalam feet)
H = tinggi ruang (dalam feet)
I = nilai 10 jika ruang berinsulasi (berada di lantai bawah, atau berhimpit dengan ruang lain). Nilai 18 jika ruang tidak berinsulasi (di lantai atas).
L = lebar ruang (dalam feet)
E = nilai 16 jika dinding terpanjang menghadap utara; nilai 17 jika menghadap timur; nilai 18 jika menghadap selatan; dan nilai 20 jika menghadap barat.

Contoh: 
Ruang berukuran 3mx4m atau (10 kaki x 13 kaki), tinggi ruangan 3m (10 kaki) tidak berinsulasi, dinding panjang menghadap ke timur.  Keterangn   3 m = 10 kaki —> 1 m = 3.33 kaki
 Jadi kebutuhan BTU = (10 x 13 x 18 x 10 x 17) / 60 = 6630 BTU alias cukup dengan AC 3/4
  PK.

 (sumber : dari berbagai sumber)

Sabtu, 29 September 2012

FIRE PROTECTION SYSTEM (SISTEM FIRE ALARM)



 Sistem fire protection atau disebut juga dengan sistem fire alarm (sistem pengindra api) adalah suatu sistem terintegrasi yang didesain untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberiperingatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual dengan deengan sistem instalasi pemadam kebakaran (sistem Fire fighting).
     Peralatan utama dari sistem protection ini adalah MCFA (Main Control Fire Alarm) atau disebut juga dengan Fire Alarm Control Panel (FACP). MACP berfungsi meneriman sinyala masuk (input signal) dari detector dan komponen pendeteksi lainnya(Fixed Heat detector dan smoke detector).

1.    Macam Macam Sistem Pendetectian

Dalam prakteknya, ada 3 sistem pendetectian dari fire protection ini, yaitu:
a.  Non addresable System
b.  Semi addresable System
c.   Full Adresable System

a.   Non addresable System

    Sistem ini disebut juga dengan sistem konvensional. Pada sistem inji MCFA menerima sinyal masukan langsung dari detector (biasanya jumlahnya sangat terbatas) tanpa pengalamatan dan langsung memerintahkan  komponen outpu (keluaran) untuk merespon input (masukan) tersebut. Sistem ini pada umumnya digunakan pada bangunan / area supervisi berskala kecil, seperti perumahan, pertokoan, perkantoran, dan lain-lain.

b.   Semi Addresable System
  
     Pada sistem ini dilakukan pengelompokan pada detector dan alat penerima masukan (input) berdasarkan area pengawasan (supervisory area). Masing-masing zona dikendalikan (baik input maupun output) oleh zona kontroler yang mempunyai alamat/ adress yang spesifik. Pada saat detector atau alat penerima masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O) berdasar zona kontroler yang mengumpulkannya.
     Dalam kontruksinya tiap zona dapat terdiri dari:
·    Satu lantai dalam bangunan / gedung
·     Beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah gedung
·     Beberapa ruangan yang mempunyai karakteristik tadi di sebuah gedung
Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjado gejala kebakaran, sehingga dengan demikian tindakan yang harus diambil dapat dilokalisir hanya pada zona tersebut.

c.   Full Addresable System

   Merupakan pengembangan dari sistem semi adresibble. Pada system ini semua detector dan alat pemberi masukan (deteksi) mempunyai alamat yang spesifik, sehingga proses pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan langsung pada titik yang diperkirakan mengalami kebakaran.
 
2.  Peralatan Utama

 a.  Pendeteksi

Pendeteksi atau alat penerima input (masukan) yang bekerja secara otomatis (automatic Input Device), yaitu:
  • Heat Detektor(Pengindra panas).. Berdasar cara kerjanya, heat detektor dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
  *  Fixed Temperatur heat detector, yang bekerja mendeteksi suhu udara di sekitar casing-nya (ambiencetemperatur) dengan membandingkannya terhadap suhu setting defaultnya, misla 57 ‘ C , 75 ‘ C dan sebagainya

     * ROR (Rate of Rise) heat detector yang bekerja mendeteksi kecepatan   peningkatan suhu di sekitar casing-nya. Bila kecepatan peningkatan suhu berjalan lebih lambat dari nilai settingnya, maka detector ini tidak akan memberikan respon.   
  • Smoke Detector (pengindra asap).

 b.         MCFA (Main Control Fire Alarm)

     MCFA merupakan peralatan utama dari sistem protection. (Main Control Fire Alarm) atau disebut juga dengan Fire Alarm Control Panel (FACP),  berfungsi meneriman sinyal  masuk (input signal) dari detector dan komponen pendeteksi lainnya(Fixed Heat detector dan smoke detector).

(By A. Loekmantara,   sumber: dari berbagai sumber)

SISTEM AC



Sistem AC (air Conditioning)  atau sering disebut juga Sistem Tata Udara merupakan salah satu hal yang penting sekarang ini, baik rumah, gedung perkantoran, mall, bandara dan lain sebagainya. 

Kenyamanan dalam suatu ruangan merupakan kebutuhan, terutama di Indonesia yang memiliki iklim tropis (panas). Karena itu system pendingin udara atau system tata udara telah  menjadi kebutuhan.

Diantara  fungsi dari sistem tata udara  adalah sebagai berikut:
  •  Mengatur suhu udara 
  • Mengatur sirkulasi udara 
  • Mengatur kelembaban (humidity) udara 
  • Mengatur  kebersihan udara
Dengan demikian, secara umum sistem tata udara berfungsi mempertahankan kondisi udara baik suhu maupun kelembaban agar udara terasa lebih nyaman.


Hal Hal Yang Harus di Perhatikan Dalam Perencanaan Sistem AC 

Sebelum merencanakan atau memasang AC, maka perlu mempertimbangkan beberapa  hal berikut agar AC tersebut bisa berfungsi maksimal dan efisien
  •  Fungsi ruang
Penggunaan ruang berpengaruh terhadap suhu ruangan karena manusia yang mengisi suatu ruangan mengeluarkan kalori yang cukup tinggi.  Perbedaan fungsi ruangan dapat menentukan kapasitas suatu AC. Misal Kamar tidur yang hanya diisi dua orang akan  berbeda dengan ruang keluarga, yang frekwensi keluar masuk penghuninya cukup tinggi.  jadi semakin banyak pengguna maka kebutuhan daya AC yang dibutuhkan akan semakin besar pula.
  •  Ukuran Ruangan
Ukuran ruangan menentukan berapa banyak BTU (british thermal unit) atau kecepatan pendinginan. BTU adalah kecepatan pendinginan untuk ruangan satu meter persegi dengan tinggi standar (umumnya tiga meter). Semakin besar suatu ruangan  akan semakin besar pula BTU yang dibutuhkan.
  •   Beban pendinginan
Beban pendinginan  bisa berasal  dari dalam ruangan (internal heat gain) atau luar ruangan.

Dari dalam ruangan misalnya dari jumlah penghuni / orang, dan penggunaan peralatan yang menimbulkan panas, seperti  lampu penerangan atau kulkas. Karena ada meberapa jenis lampu mengeluarkan panas yang tinggi, yang berarti juga harus memilih AC dengan daya yang lebih tinggi. 

Selain dari dalam, beban pendinginan dari luar. Seperti cahaya matahari yang mengeluarkan energi panas melalui dinding, atap atau jendela.
  •  Banyaknya jendela kaca
Penggunaan jendela kaca atau penggunaan blok kaca (glass block) sangat mempengaruhi penggunaan kapasitas AC yang diperlukan. Untuk ruangan yang menggunakan kaca sebanyak 70% atau lebih, sebaiknya gunakan kaca film yang dapat menahan sinar ultraviolet untuk mengurangi beban pendinginan.
  •  Penempatan AC
Pemasangan unit indoor perlu memperhatikan arus angin (air flow) dari blower AC. Penentuan arus angin atau hembusan yang tepat membuat udara yang dikeluarkan lebih merata dan tidak hanya berkumpul di satu titik.

Selain itu, agar arus angin tidak mengenai pengguna secara langsung. Terpaan angin dingin secara terus menerus dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Usahakan mengarahkan swing ke bagian atas kepala karena udara yang dikeluarkan AC mempunyai berat jenis yang lebih berat dari udara.

Penempatan kompresor  harus diletakkan di tempat dengan sirkulasi udara yang cukup, ada tempat untuk udara masuk dan udara keluar, dan terlindung dari hujan. Untuk AC ukuran 1 PK, jarak yang aman antara unit indoor dengan kompresor berkisar antara 5-7 meter. Jika memasang AC lebih dari satu, hindari peletakkan kompresor secara berhadapan dengan kompresor lain. Sebaiknya letakkan sejajar sehingga sirkulasi udara tidak terganggu.


Faktor yang Harus diperhatikan dalam Memilih AC

      Ada 3 faktor  yang harus diperhatikan dalam memilih AC yaitu:
  •  Daya pendinginan AC (BTU/h – British Thermal Unit per hour),  Satuan dari   pendinginan AC adalah BTU/h  ( British Thermal Unit per hour)
  • Daya listrik (watt),
  •  Daya Kompresor AC (PK atau HP atau daya kuda). Istilah PK atau HP atau daya kuda (Paard Kracht/Daya Kuda/Horse Power (HP) pada AC sebenarnya merupakan satuan daya pada kompresor AC bukan daya pendingin AC. Untuk daya pendingin AC satuannya BTU/hr.

Jenis Sistem Pendingin

     Dalam proses pendinginan udara, system pendingin udara dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: mengunakan system direct cooling (system langsung), dan system tidak langsung (indirect cooling).
  • Direct Cooling (Sistem Langsung). Dalam sistem ini udara didinginkan langsung oleh refrigerant dengan menggunakan mesin paket seperti window unit, atau tanpa ducting.  
  • Indirect cooling Sistem (system tidak langsung). Dalam system ini dipakai media air es / chilled water dengan temperature sekitar 5 . C’.  Model ini banyak dipakai dalam bangunan tinggi, disamping menghemat tempat juga biaya operasional lebih efisien. Dalam model ini diperlukan mesin pembuat air es / chilled yang dinamakan dengan Chiller. Dan air es didistribusikan melalui pipa menuju AHU (Air handling unit), sebagai pengolah sirkulasi udara.

AC Sistem Pendingin Udara (refrigerant (Air Cooling System)

Dalam system ini, menggunakan refrigerant sebagai media pendingin ruangan. Sistem ini merupakan system yang dipakai pada skala ruangan yang lebih kecil, seperti rumah, perkantoran sekala kecil, atau ruang-ruang control yang memerlukan perlakuan khusus dalam hal temepeartur/ suhu. Dan jenis yang umum digunakan. Jenis ini kurang cocok untuk pendinginan ruangan yang besar, karena disamping ruangan yang dibutuhkan sangat besar, terutama outdoor, juga dalam pengoperasiannya lebih mahal.
    Ada beberapa varian jenis Ac yang menggunakan refrigerant sebagai media pendingin, yaitu:
  •  AC Split Wall, AC ini merupakan AC yang dipegunakan di rumah-rumah. Umumnya berkapasitas rendah. AC ini terdiri dari 1 outddot dan 1 indoor.
  • AC Cassete
  • AC Split Duct
  • AC VRV, merupakan suatu AC yang mempunyai outdoor 1 buah, tetapi mempunyai indoor yang banyak (lebih sari 1)
  •  AC Presis, seperti halnya AC biasa AC presisi pada prinsipnya sama dengan  AC biasa, tetapi ia biasanya terdiri dari 2 buah aC yang dipasang berhadapan, dan bekerka secara sequencing (bergantian) , tergantung berapa jam ia di setel. AC presisi ini biasanya digunakan di bank-bank, untuk pendinginan mesin sortir atau data center

AC Central Sistem Pendingin Air ( Water System)

Termasuk system indirect cooling (pendinginan tidak langsung), dimana proses pendinginan menggunakan air sebagai media, yang diproses oleh AHU (air handling Unit) atau FCU. Sistem pendinginan melalui air sebagai media, digunakan pada gedung-gedung besar, seperti mall. Bandara atau perkantoran yang besar. Sistem ini dalam operasionalnya lebih efisien diibandingkan dengan menggunakan refrigerant secara langsung, tetapi investasi awal yang sangat mahal.

Diantara perlatan utama dalam system ini adalah:
  • Chiller.
    Chiller merupkan mesin refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan air pada sisi evaporatornya. Air dingin yang dihasilkan selanjutnya didistribusikan ke mesin penukar kalor ( AHU, FCU / Fan Coil Unit).
     Menurut jenis compressornya, chiller  ada 3 jenis: Reciprocating, Screw,  Centrifugal. Dan berdasar cara pendinginan condensornya, chiller ada 2 macam, yaitu: air cooler (pendinginan oleh angin), dan water cooler (pendinginannya oleh air).

  • AHU dan FCU.
Adalah suatu mesin penukar kalor, dimana udara panas dari ruangan dihembuskan melewati coil pendingin didalam AHU sehingga menjadi udara dingin yang selanjutnya didistribusikan ke ruangan.

  • Cooling Tower( khusus untuk chiller jenis Water Cooler ).
Adalah suatu mesin yang berfungsi untuk mendinginkan air yang dipakai pendinginan condenssor chiller dengan cara melewat air panas pada filamen didalam cooling tower yang dihembus oleh udara sekitar dengan blower yang suhunya lebih rendah.

  •  Pompa  Sirkulasi
Ada dua jenis pompa sirkulasi, yaitu : 

a.  Pompa sirkulasi air dingin ( Chilled Water Pump ). berfungsi mensirkulasikan air dingin dari Chiller ke Koil pendingin AHU / FCU
b.  Pompa Sirkulasi air pendingin ( Condenser Water Pump). Pompa ini hanya untuk Chiller jenis Water Cooled dan berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin dari kondensor Chiller ke Tower dan seterusnya.

(By. A. Loekmantara,  Sumber: Dari berbagai sumber)


SISTEM PEMADAM KEBAKARAN (FIRE FIGHTING SYSTEM)



Sistem pemadam kebakaran  atau sistem fire fighting disediakan di gedung sebagai preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler, sistem hidran dan Fire Extinguisher. Dan pada tempat-tempat tertentu digunakan juga sistem fire gas.Tetapi pada umumnya sistem yang digunakan terdiri dari: sistem sprinkler, hidran dan fire extinguisher.
      Ada 3 pompa yang digunakan dalam sistem sprinkler dan Hydran, yaitu elektrik pump, diesel pump dan jockey pump. Jockey pump berfungsi untuk menstabilkan tekanan di instalasi, dan secara otomatis akan bekerja apabila ada penurunan tekanan. Dan jika ada head sprinkler yang pecah atau hydran digunakan, maka yang bekerja secara otomatis pompa elektrik bekerja, dan secara otomatis pula jockey pump akan berhenti bekerja. Pompa elektrik pump (atau elektrik pump) merupakan pompa utama yang bekerja bila head sprinkler atau hydran digunakan. Sedang pompa diesel merupakan pompa cadangan, jika pompa elektrik gagal bekerja selama 10 detik, maka secara otomatis pompa ini akan bekerja.

1.  Fire Fighting Sistem Sprinkler

     Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan  dan head sprikler sebagai alat utama untuk memadamkan kebakaran.
     Sistem  ada 2 macam, yaitu:
a. Wet Riser System: Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan  dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
b. Dry riser system : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi  fire alar memerintahkannya.
      Pada umumnya gedung bertingkat tinggi menggunakan sistem wet  riser, seluruh pipa sprinkler berisikan air bertekanan, dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
      Apabila tekanan dalam pompa menurun, maka secara otomatis jockey pump akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan terus menurun atau ada glass bulb head sprinkler yang pecah maka pompa elektrik  akan bekerja dan secara otomatis pompa jockey akan berhenti. Dan apabila pompa elektrik gagal bekerja setelah 10 detik, maka pompa cadangan diesel secara otomatis akan bekerja.

2.   Fire Fighting Sistem Hydran

    Sistem ini menggunakan instalasi hydran sebagai alat utama pemadam kebakaran, yang terdiri dari box hydran dan accesories, pilar hydran dan siemese. Box Hydran dan accesories instalasinya (selang (hose), nozzle) (atau disebut juga dengan Fire House cabinet (FHC)) biasanya ditempatkan dalam gedung, sebagai antisipasi jika sistem sprinkler dan sistem fire extinguisher kewalahan mengatasi kebakaran di dalam gedung. Sedang Pilar hydran (yang dilengkapi juga dengan box hydran disampingnya, untuk menyimpan selang (hose) dan nozzle) biasanya ditempatkan di area luar (jalan) disekitar gedung, digunakan jika sistem kebakaran di dalam gedung tidak memadai lagi. Dan Siemese berfungsi untuk mengisi air ground tank  (sumber air hydran) tidak memadai lagi atau  habis. Siemese ditempatkan di dekat di dekat jalan utama. Hal ini untuk memudahkan dalam pengisian air.
       System Hydran ini juga terdiri dari 2 system, yaitu:
a. wet riser system:  Seluruh instalasi pipa hydran berisikan air bertekanan dengan tekanan yang selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
b.  Dry Riser System: seluruh instalasi pipa hydran tidak berisikan air bertekanan, peralatan penyedia air akan secara otomatis jika katup selang kebakaran di buka.
        Seperti halnya sistem sprinkler, jika ada tekanan dalam pipa instalasi menurun, maka pompa jockey akan bekerja. Dan jika instalasi hydran dibuka maka secara otomatis pompa elektrik akan bekerja, dan jockey pump secara otomatis akan berhenti. Dan jika pompa elektrik gagal bekerja secara otomatis, maka pompa diesel akan bekerja.



Gbr..Box Hydran & Fire Extinguisher (APAR)

3.       Fire Fighting fire Extinguisher
  
    Fire extinguisher atau lebih dikenal dengan nama APAR (Alat Pemadam Api Ringan) merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara manual  dan langsung diarahka  pada posisi dimana api berada.
     Apar biasanya ditempatkan di tempat-tempat strategis yang dissuaikan dengan peraturan Dinas Pemadam Kebakaran.
     Terdapat beberapa jenis Apar yang digunakan, yaitu:
·    Apar Type A: Murtipupuse Dry Chemical Powder 3,5 Kg
·    Apar Type B: Gas Co2 6,8 kg
·    Apar type C : Gas Co2 10 kg
·    Apar type D : Multipupuse Dry Chemical Powder 25 kg (dilengkapi dengan Trolley)

4.       Fire Fighting Sistem Gas

Sistem fire gas biasanya digunakan untuk ruangan tertentu, seperti: ruang Genset, ruang panel dan ruangan eletronik (ruang central komputer: ruang hub dan server, IT, Comunication dan lain-lain).
 Sistem iyang digunakan biasanya sistem fire gas terpusat, dimana tabung-tabung gas (foam, halon, FM 100, Co2 dan lain-lain), ditempatkan secara terpusat dan pendistribusiannya ke dalam ruangan dilewatkan melalui motorized valve / actuator, instalasi pemipaan dan nozzle.
  Cara kerja sistem ini berdasarkan perintah dari system fire alarm.




Gbr. Skematik Instalasi Hydran & Sprinkler 4 latai

(by. A. Loekmantara , sumber: dai berbagai sumber)